Demo Blog

Kamus Bahasa Jawa

by Manazati on Nov.22, 2009, under

KAMUS JAWA – INDONESIA

Katrangan (Keterangan)

(ta) tembunga aran = kata benda

(tg) tembung ganti = kata ganti

(tk) tembung kriya = kata kerja

(tkr) tembung katrangan = kata keadaan

(tpw) tembung panguwuh = kata seru

(tpr) tembung pangarep = kata depan

(tpy) tembung panyambung = kata sambung

(ts) tembung sipat = kata sifat

(tsd) tembung sandhangan = kata sandang

(tw) tembung wilangan = kata bilangan

A

abab (ta) hawa mulut

abang (ts) merah

aba-aba (ta) aba-aba

abar (tk) menguap (zat cair)

abuh (ts) bengkak

abrit ; abrit (ts) merah

abyor (ts) bertebaran memenuhi (mis. bintang bertebaran memenuhi langit)

acung (tk) menunjuk ke atas/ unjuk jari

ada-ada (ta) inisiatif

adang (tk) menanak nasi

adas (ta) nama tanaman

adi (ts) bernilai tinggi; mempunyai kelebihan

adil (ts) adil

adhang (tk) menunggu di tempat yang akan dilewati

adhem (ts) dingin

adhep (tk) hadap

adhi (ta) adik

adoh (tkr) jauh

adol (tk) menjual

adu (tk) adu

adus (tk) mandi

agama (ta) besar; agung

agul-agul (ta) andalan; jagoan

agung (ta) api

agem (tk) pakai

ageman (ta) pakaian

ageng (ts) besar

agni (ta) api

aja (tpw) jangan

ajag (ta) anjing hutan

ajak (ts) ajak

ajang (ta) wadah

ajar (tk) ajar, belajar

ajeg (tkr) tetap

ajeng (tsb) akan

aji (ta) nilai; harga

ajur (ts) hancur

akas (tkr) alon

akas (ts) perai, keras (untuk nasi)

ala (ts) buruk

alangan (ta) halangan

alas (ta) hutan

alem (tk) puji

aleman (ts) manja

alesan (ta) alasan

aling-aling (tk) bersembunyi di balik

alis (ta) alis

alok (tk) berkata

alu (ta) antan

alum (ts) layu

alun-alun (ta) lapangan di tengah kota

alus (ts) halus

aluwung (tpb) lebih baik

ama (ta) hama

aman (ts) aman

amarga (tpy) karena

amargi; amargi (tpy) karena

amba (ts) lebar/luas

ambah (tk) jejak/jelajah/datangi

ambal (tk) ulang

ambar (tk) tersebar (untuk bau harum)

ambeg (ts) berwatak

ambèn (ta) balai-balai

ambèr (tkr) meluap (air)

ambet; ambet (ta) bau

amblas (tk) lenyap seketika

ables (tk) melesak

ambrol (tk) runtuh

ambruk (tk) tumbang/roboh

ambu (ta) bau

ambung (tk) cium

ambus (tk) endus

mbyar (tk) berserakan

ambyuk (tk) menjatuhkan diri

ambyur (tk) mencemplungkan diri ke dalam air

amèk (tk) mencari

amem (ts) melempem

amem (ts) sunyi

amis (ts) anyir

ampas (ta) ampas

ampek (tkr) sulit bernafas; sesak (untuk dada)

ampil; ampil (tk) pinjam

ampak-ampak (ta) kepulan debu

amping-amping (tk) berlindung di balik sesuatu

ampo (ta) nama jajanan terbuat dari tanah jenis tertentu

amrih (tpy) agar, supaya

anak (ta) anak

anda (ta) tangga

andaka (ta) banteng

andika (tg) anda

ancang-ancang (ta) persiapan, mengambil kuda-kuda

ancas (ta) tujuan

ancur (ta) air raksa

ancik (tk) menginjak

ancer-ancer (ta) prakiraan; ancar-ancar

andhap (ta) bagian bawah/rendah

andhang (ta) tangga kayu berkaki empat

andheng-andheng (ta) tahi lalat

andhong (ta) sejenis kereta kuda

andum (tk) berbagi

angen-angen (ta) pemikiran/ingatan

anget (ts) hangat

angga (ta) tubuh

anggak (ts) sombong

anggara (tg) selasa

anggarbini (tk, ts) hamil

anggep (tk) anggap

angger (tsb) asalkan

angger-angger (ta) peraturan

anggur (ta) anggur

anggon (tk) tempat

angin (ta) angin

angin-angin (tk) mencari udara

angkah (ta) maksud

angkara (ta) angkara

angker (ts) angker

angler (tkr) nyenyak

angluh (tkr) dengan penuh rasa tidak berdaya mengahadapi situasi yang ada

angon (tk) mengembala

angop (tk) menguap

angsal (tk) dapat

angslé (ta) nama minuman

angslup (tk) tenggelam

angur (tsb) masih lebih baik

angus (ta) angus

anjlok (tk) turun tiba-tiba

anjok (tpr) tiba di

anèh (ts, tkr) aneh

anèm (ts) muda

anom (ts) muda

antawecana (ta) Penggambaran sinopsis cerita, adegan, tokoh pagelaran wayangyang

disampaikan oleh dalang dengan cara dilagukan

antem (tk) pukul/hantam

anteng (tk,ts) tenang

antop (tk) bersendawa

antuk (tk) dapat

anyang (tk) tawar (harga)

anyang-anyangen (ts) merasa seperti ingin kencing

anyar (ts) baru

anyel (ts) jengkel

anyep (ts) tawar

anyep (ts) dingin (tubuh atau bagian tubuh)

anyes (ts) dingin (benda)

apa (tg) apa

apal (ts)) hafal

apem (ta) apam

apes (tk) sial

apek (ts) bau tidak sedap yang berasal dari barang usang atau kamar yang lama

tertutup

api-api (tk) pura-pura

apik (ts) baik

apu (ta) kapur sirih;

apura (ta) maaf

apus (ta) sejenis bambu

apus (tk) bohong

ara-ara (ta) padang

arah (ta) arah

aran (ta) nama

arang (tkr) jarang

arang-arang (ts) jarang

aren (ta) enau

areng (ta) arang

arep (tsb) hendak

arga (ta) gunung

ari (tg) adik

ari-ari (ta) tali pusat

aris (tkr) lugas

arit (ta) sabit

arsa (tkr) akan ; depan

arta (ta) uang

aruh-aruh (tk) menyapa

arus (ts) anyir

arwah (ta) arwah

asal (ta) asal

asat (ts) habis airnya (untuk sungai, danau, dsb.)

asah (tk) asah

asih (ta) kasih

asin (ts) asin

asrep; asrep (ts) dingin

asma (ta) nama

asmara (ta) asmara

asmarandana (tg) nama metrum macapat

asor (ts) nista

asor (tkr) kalah

asrep; asrep (ts) dingin

asri (ts) menyenangkan untuk dipandang

asta (ta) tangan

asta (tk) bawa

asu (ta) anjing

asung (tk) menghaturkan

asem (ta) asam (buah)

ati (ta) hati

ati-ati (tkr) hati-hati

atis (ts) dingin (untuk hawa, udara)

atos (ts) keras

atur (tk) atur

aturi (tk) beri; persilakan

atus (ts) tidak lagi mengandung air

awak (ta) badan, tubuh

awan (ta, tk) siang

awang (tk) berhitung tanpa alat bantu

awang-awang (ta) langit bebas

awas (ts) tajam (pengelihatan)

awas (tpw) awas

awèh (tk) beri

awèt (ts) tidak cepat rusak

awit (tpy) karena

awis ; awis (tkr) mahal

awis-awis; awis-awis (ts) jarang

awoh (tk) berbuah

awon awon (ts) jelek/buruk

awor (tk, tkt) bercampur dengan

awrat (tk) berat

awu (ta) abu

awur (tk) sebar

awur (tk, tkt) asal-asalan

awut (tk) membuat berantakan

ayahan (ta) kewajiban

ayam; ayam (ta) ayam

ayem (ts) tentram (hati)

ayo (tpw) ayo

ayom (tk) perlindungan

ayu (ts) cantik

aywa (tpw) jangan

B

bab (ta) bab, hal, mengenai

babad (ta) cerita sejarah

babagan (tsb) tentang

babak-bundhas (ts) babak-belur

babal (ta) putik buah nangka

babar (ts) menjadi banyak

babaran (tk) bersalin

babat (ta) bagian dalam usus sapi

babat (tk) tebang

babit (tk) mengayunkan benda dengan menahan ujungnya

babon (ta) induk ayam

babu (ta) perempuan pembantu

babut (ta) permadani

bacem (tk) peram; dimasak dengan bumbu tertentu

bacin (ts) bau bangkai

bacut (tk) lanjut

badan (ta) diri

badhé (tk) tebak

badhé; badhe (tsb) akan

badheg (ts) bau busuk

badhèk (ta) air tapai

badhug (ta) tembok rendah untuk meletakkan sesuatu

bagaskara (ta) matahari

bagus (ts) tampan

bahu (ta) 100 m2

bahu (ta) bahu; tenaga

bahureksa (ta) penguasa

bajang (ts) kerdil

bajing (ta) tupai

bajul (ta) buaya

bakal (ta) bahan pakaian

bakal (tsb) akan

bakar (tk) bakar

bakda (tkr) setelah

bakul (ta) pedagang

balang (tk) lempar

balé (ta) rumah/bangunan

balèn (tk) rujuk

bali (tk) pulang

balung (ta) tulang

banaspati (ta) hantu berbentuk api

bandar (ta) agen besar, cukong

bandar (ta) pelabuhan

bandhul (ta) bandul

banger (ts) bau busuk (misalnya dari air keruh)

banget (tkr) sangat

bangga (tk) meronta

bangir (ts) mancung

bangka (tk) mati (kasar)

bangké (ta) bangkai

bangkèkan (ta) pinggang

bangkèlan (ta) buntalan besar

bangku (ta) bangku

bangsa (ta) bangsa

banda (tk) mengikat kedua tangan ke belakang

bandayuda (tk) berperang

bandan (ta) tawanan

bandha (ta) harta

banon (ta) batu bata

bantah (ta) bantah

bantal (ta) bantal

bantala (ta) tanah

banting (tk) banting

banyak (ts) angsa

banyu (ta) air

bapa (tg) bapa/ayah

bapang (ta) parit/ genangan air

bar (tkr) selesai

barang (ta) barang

barang (ta) pertunjukan kesenian berkeliling

barat (ta) angin

barep (ts) sulung

barès (ts) terus terang

baris (tk) baris

baruna (tg) dewa lautan

barung (ts) besar; utama

baskara (ta) matahari

bata (ta) bata

batang (tk) tebak

bathang (ta) bangkai

bathara (tsd) sebutan untuk dewa

bathari (tsd) sebutan untuk dewi

bathok (ta) tempurung

bathuk (ta) dahi

bathi (ta) keuntungan

batih (ta) keluarga

baut (ts) pintar; trampil

bawa (ta) pembukaan gending

bawang (ta) bawang

bawang lanang (ta) bawang berumbi tunggal

bawèl (ts) nyinyir

bawéra (ts) subur (untuk lahan)

baya (ta) buaya

bayan (ta) petugas keamanan desa

bayar (tk) bayar

bayem (ta) bayam

bayèn (tk) melahirkan

bayi (ta) bayi

bayu (ta) angin

bebana (ta) permintaan sebagai syarat

bebandan (ta) tawanan

bebasan (tsb) seperti; layaknya

bebaya (ta) bahaya

bebayu (ta) otot

bebedhag (tk) berburu

bebucal; bebucal (tk) berhajat besar

bebudhen (ta) kepribadian

bebuwang (tk) berhajat besar

bebed (ta) kain panjang yang dipakai pria

bèbèk (ta) itik

bebrayan (tk) berkeluarga

bebungah (ta) hadiah

bebendhu (ta) hukuman

bedhigasan (ts) tingkahnya tidak karuan; tidak bisa diam

bengkok (ta) tanah yang hak garapnya diberikan kepada lurah sebagai bagian dari

fasilitas jabatan

becik (ts) baik

becus (ts) mampu

béda (ts) berbeda

béda (tk) goda

bedaya (ta) tarian sakral yang menjadi ciri khas keraton

bédhah (ts) terbuka paksa

bedhidhing (ta) udara dingin di musim kemarau

begawan (ta) pendeta

begundhal (ta) kaki-tangan

beja (ts) beruntung

bejat (ts) rusak

béka (tk) meronta

bekasakan (ta) hantu hutan

beksa (ta) tari

beksan (ta) tarian

belang (ta, ts) belang

belèk (tk) iris sepanjang garis tengah

bèlèk (ta) kotoran mata

belik (ta) sumber air

beling (ta) kaca

bena (ta, ts) banjir

bendara (ta) majikan

bendha (ta) nama pohon

bendhé (ta) gong kecil

bendhel (ta) ikatan

bendho (ta) alat pemotong (sejenis celurit)

bendhol (ta) bengkak

bener (tkr) benar

bengawan (ta) sungai

bengep (ts) sembab

bengi (ta) malam

benik (ta) kancing baju

bening (ts) jernih

benjut (ts) menjadi empuk karena tekanan/hantaman

beras (ta) beras

bèrèng (ta) luka di sudut bibir

berèt (ts) tergores

besar (ta) nama bulan dalam kalender jawa

bèsèr (ts) sebentar-sebentar kencing

besèt (ts) sayat

besmi (tk) bakar

besus (ts) pandai; trampil

bethèk (ta) pintu pagar

bekti (ta) bakti

beta (tk) bawa

betah (tkr) betah; enggan pergi

betah; betah (tk) butuh

beton (ta) biji nangka

beya (ta) biaya

binarung (tkr) seiring; diiringi

bingar (ts) ceria

binggel (ta) gelang kaki

bingget (ta) tanda dikulit akbiat jepitan atau lilitan yang ketat

biyèn (tkr) dahulu

blaka (tk) berterus terang

blalak-blalak (ts) membeliak; besar (untuk mata)

blanak (ta) jenis ikan

blatèr (ts) ramah; mudah bergaul

blarak (ta) daun kelapa kering

bledhèg (ta) guntur

bledhèh (tk) terbuka kancingnya (untuk baju)

blèdru (tkr) salah pilih/tertukar karena mirip

bléncong (ta) lampu minyak untuk penerangan dalam pagelaran wayang kulit

bléndrang (ta) sisa masakan bersantan yeng sudah dipanaskan berkali-kali

blereng (ts) tidak nampak jelas; kabur

blesek (tk) membenamkan ke dalam tumpukan

blirik (ts) berbintik kecil (mis. panci, ayam)

bloloken (tkr) silau

blondho (ta) endapan yang dihasilkan dalam pembuatan minyak kelapa

blorok (ts) bulunya berbintik hitam putih (untuk ayam betina)

bluluk (ta) buah kelapa yang masih sebesar telur

bocah (ta) anak

bodho (ts) bodoh

bodong (ts) pusar yang menonjol keluar

boga (ta) pangan

bojo (ta) suami/isteri

bokong (ta) pantat

bokor (ta) mangkuk besar

bolong (ts) berlubang

bolot (ta) daki

bonang (ta) alat musik pukul, bagian dari gamelan

bong (tk) bakar

bong (ta) makam Cina

bong (ta) tukang khitan

borok (ta) luka lama

boyong (tk) pindah

brabak (tk) berubah merah (wajah)

brahala (ta) raksasa sebesar gunung

brahmana (ta) pendeta

brambang (ta) bawang merah

bramantya (ts, ta) marah, kemarahan

brangasn (ts) mudah marah

branta (ta) asmara

brastha (tk) berantas

bréwok (ta) bercambang

brindhil (ts) habis jarena dicabuti

brodhol (ts) terlepas ikatannya

brudhul (tk) keluar berama-ramai/berbarengan

brobos (tk) masuk melalui celah atau kolong

brojol (tk) keluar sebelum waktunya; keluar dari bungkusan

brongkos (tg) nama masakan

brukut (ts) terbungkus rapat

brutu (ta) tunggir ayam

bubar (ts) bubar; selesai

bubul (ta) semacam bisul di telapak kaki

bubur (ta) bubur

bubut (tk) mencabuti

buda (tg) rabu

budeg (ts) tuli

budeng (tg) kera hitam

bujana (ta) hidangan

bujel (ts) tumpul

bulak (ts) pudar warnanya

bulak (ta) daerah terbuka/ padang

bulan (ta) bulan

bumbu (ta) bumbu; rempah-rempah

bumbung (ta) tempat berbentuk pipa besar atau terbuat dari bambu

bumpet (ts) tersumbat

bunder (ts) bundar

bundhas (ts) melecet (cedera)

bundhel (ts) ujungnya membulat

bundhet (ts) diberi ikatan mati pada ujungnya (mis. benang)

bung (ta) rebung

bungah (ts) gembira

bungkem (tk) diam; tidak mau mengatakan apa-apa

bungkik (ts) kerdil

bungkil (ta) ampas minyak kacang

bungkus (ta) bungkus

bungur (tg) nama tanaman

buntel (tk) bungkus

buntet (ts) buntu; tidak berongga

buntil (ta) masakan terbuat dari kelapa muda, ikan teri dan daun keladi sebagai pembungkus

buntu (ts) buntu

buntung (tsa) hilang/patah bagian ujungnya

burek (ts) legap

bureng (ts) tidak jelas terlihat

buri (tkr) belakang

burik (ts) bopeng

buru (tk) kejar

buruh (ta) bekerja untuk orang lain

busana (ta) pakaian

busana (tk) berpakaian

buthak (ts) botak

buthuk (ts) membusuk (untuk ikan)

buwang (tk) buang

buyut (ta) cicit

buyuten (ts) bagian tubuhnya bergerak-gerak tidak terkendali karena ketuaan

C

cabar (ts) kehilangan arti

cabé (ta) nama rempah untuk jamu

cacat (ts) cacat

cadhong (tk) menadahkan tangan

cagak (ta) tongkat/penyangga

cakepan (ta) lirik lagu

cakot (tk) gigit

cambah (ta) tauge

campur (tk) campur

candala (ts) jahat

candhik kala (ta) semburat merah di langit pada saat senja hari

candra (ta) bulan

candra (ta) kiasan

cantrik (tg) murid padepokan

candramawa (ta) kucing hitam

cangkem (ta) mulut

cangking (tk) jinjing

cangkir (ta) cangkir

cangklong (ta) pipa

cangklong (tk) menyandang di bahu (mis. tas)

cakra (ta) senjata dalam pewayangan; lingkaran

canthas (ts) bicaranya lantang (untuk wanita)

canthèl (ta) sejenis jagung

cantheng (ta) radang di jari, umumnya di ibu jari kaki akibat tertusuk kuku

canthing (ta) alat untuk membatik

canthol (tk) cantol

capil (ta) topi petani, bentuknya bulat berujung runcing

caping (ta) topi petani, bentuknya bulat berujung runcing

caplak (ta) penyakit kulit

caplok (tk) memasukkan semua ke dalam mulut

cara (ta) cara

caraka (ta) utusan

carang (ta) ranting

carita (ta) cerita

carup (tk) raup

cathèk (tk) gigit (anjing)

cathet (tk) catat

catur (ts) empat

caturan (tk) bercakap-cakap

cawang (ta) tanda V

cawet (ta) celana dalam

cawé-cawé (tk) turun tangan, ikut campur

cawis (tk) sedia

cawik (tk) cebok

cawuk (tk) mengambil dengan cara menyendokkan tangan

cecak (ta) cicak

cedhak (ts) dekat

cédhal (ts) cadel; tidak bisa mengucapkan bunyi tertentu dengan benar

cegat (tk) hadang

cèkèr (ta) kaki unggas

cekel (tk) pegang

celempung (ta) alat musik bagian dari gamelan

cekak (ts) tidak mencukupi; ukurannya tidak memadai; pendek sekali

cekakakan (tk) tertawa-tawa dengan keras

cekakik (ta) ampas kopi (sisa setelah diminum)

celak (ts) dekat

celak (ta) penegas garis tepi mata

celuk (tk) panggil

celak (ta) penegas garis tepi mata

cemani (ts) hitam

cemawis (ts) tersedia

cemeng (ta) hitam

cemèng (ta) anak kucing

cemèt (ts) pipih karena tertimpa/tertekan beban berat

cemplang (ts) tidak sedap/ kurang pas (mis. nada, rasa)

cemplung (tk) masuk (dalam cairan)

cendhak (ts) pendek

cengkir (ta) buah kelapa yang masih sebesar kepalan, belum berdaging buah

cepak (ts) tersedia, siap

cepak-cepak (tk) siap-siap

cepeng; cepeng (tk) pegang

ceplus (tk) gigit (untuk cabai)

cepuk (ta) wadah kecil, biasanya untuk menyimpan perhiasan

cerek (ta) tanda bunyi “re” pada aksara Jawa

cèrèt (ta) cerek

ceriwis (ts) banyak bicara

cetha (tkr) jelas

cethèk (tk) dangkal

céthok (ta) sendok semen

cethik (tk) menyalakan (api)

cethil (ts) pelit

cethot (tk) cubit besar

cicil (tk) angsur

cicip (tk) merasai

cidra (tk) tidak menepati janji

cidra (tk) curi; culik

cilaka (ts) celaka

cilik (ts) kecil

cingak (ts) terkejut karena heran

cluluk (tk) tiba-tiba berkata

clingus (ts) pemalu, tidak percaya diri

cluluk (tk) tiba-tiba berkata

cluthak (ts) suka mencuri makanan (untuk hewan, terutama kucing)

clomètan (tk) berteriak tak beraturan/bersahutan

climèn (tkr) kecil-kecilan

cocot (ta) mulut (kasar)

colong (tK) curi

colok (ta) penerangan/ obor

congor (ta) hidung binatang berkaki empat

conthèng (ta) coret silang

coplok (tkr) tanggal

copot (ta) tanggal/cabut

coro (ta) kecoa

cotho (ts) repot karena ditinggalkan; kehilangan andalan

crah (tkr) bercerai; saling bermusuhan

cubles (tk) menusuk dengan benda runcing

cubluk (ts) bodoh

cucuk (ta) paruh

cucakrawa (ta) nama burung

cungkup (ta) atap makam

culek (tk) mencolok mata

culik (tk) mengambil sebagian nasi yang sedang dimasak

culik (tk) culik

cunduk (ta) tusuk

cundrik (ta) keris kecil

cupet (ts) terbatas

cupu (ta) wadah kecil, biasanya untuk menyimpan perhiasan

curek (ta) kotoran telinga

cures (ts) habis/tertumpas

curut (ta) tikus bermoncong runcing

cuthik (ta) tongkat penunjuk/ potongan dahan

cuwa (ts) kecewa

cuwil (tk) mengambil sebagian kecil

cuwil (tkr) terkoyak/terpotong /pecah sedikit di bagian tepi

D

dadak (ta) harus, terpaksa

dadakan (tkr) tanpa rencana

dadakan (ta) pemicu timbulnya permasalahan

dadar (ta) makanan/ telor digoreng melebar tipis

dadèn-dadèn (ts) jadi-jadian

dhadhal (ts) runtuh terbawa arus air

dadi (ts) jadi

dados; dados (ts) jadi

dagang (tk) berdagang

dahana (ta) api

dahuru (ta) huru-hara

dahwèn (ta) suka mencerca

(ts) dalah (tpy) dan; bersama dengan

(ts) dalan (ta) jalan

(ts) dalem (ta) rumah

dalu; dalu (ta, tkr) malam

(ts) damar (ta) lak

damar (ta) pelita

damèn (ta) barang padi

dami (ta) jerami nangka

damu (tk) tiup

dandan (tk) bersolek/ merias diri

dandan-dandan (tk) memperbaiki bangunan (rumah dsb.)

dandang (ta) periuk nasi

dandos; dandos (tk) perbaiki

danawa raksasa

dara (ta) burung dara

dara (ts) betina muda (untuk ayam)

darbé (tk) milik, mempunyai

darma (ta) darma, kewajiban dalam hidup

dasa (tw) puluh

dawa (ts) panjang

dawet (ta) cendol

daya (ta) daya

daya-daya (tkr) bersegera

dédé (tkr) bukan

degan (ta) kelapa muda

deling (ta) bambu

demèk (tk) pegang

déné (tpy) sedangkan

dengkul (ta) lutut

désa (ta) desa

déwa (ta) dewa

dhadha mengakui kesalahan

dhadha (ta) dada

dhadhak (ta) getah

dhadhakmerak (ta) pemain dalam kesenian reog yang memakai hiasan bulu merak di kepalanya

dhadhu (ta) dadu

dhadhung (ta) tali

dhagelan (ta) lawak

dhangka (ta) tempat asal

dhalang (ta) dalang

dhawah; dhawah (tk) jatuh

dhawuh (ta; tk) ucapan; perintah; memerintahkan

dhayoh (ta) tamu

dhédhé (tkr) berjemur

dhèdhèl (ts) terlepas jahitannya

dhèdhès (ta) bau harum yang keluar dari tubuh musang

dhedhes (tk) mendesak seseorang dengan pertanyaan agar ybs mengaku/ membuka rahasia

dhemen (tk) suka

dhèmpèt (ts) melekat/rapat

dhèndhèng (ta) daging dikeringkan dengan bumbu tertentu

dhéwé (tkr) sendiri; sendirian

dhidhis (tk) mencari kutu di kepala sendiril

dhingklang (ts) pincang

dhingkluk (tk) tunduk/menghadak ke bawah

dhodhog (tk) ketuk pintu

dhodhos (tk) lubangi dari bawah

dhompol (tw) untaian dalam 1 tangkai (untuk buah)

dhondhong (ta) nama buah

dhongkol (ta) mantan pejabat

dhoyong (ts) miring

dhudha (ta) duda

dhupak (tk) tendang menggunakan tumit

dhuwit (ta) uang

dhuwur (ts) tinggi

dingklik (ta) bangku kecil

disik (tkr) terlebih dulu

dluwang (ta) kertas

dolan (tk) bertandang

dolanan (ta, tk) bermain, mainan, permainan

donga (ta) doa

dora (tkr) tidak terus terang

dosa (ta) dosa

drèngès (ta) bunga sirih

driji (ta) jari

dubang (ta) ludah merah/ ludah orang yang makan sirih

duduh (ta) kuah

duduh (tk) beritahu

dugang (tk) tendang dengan lutut

dulur (ta) saudara

dulit (tk) colek

dumuk (tk) sentuh

dumunung (tk) berada; bertempat

dunung (ta) tempat

duratmaka (ta) pencuri

duren (ta) durian

durung (tkr) belum

dustha (tk) curi

duwa (tk) tentang, lawan, tidak menyetujui

dwi (tw) dua

E

éca; éca (ts) enak

édan (ts) gila

eden (tk) ejan

édhum (ts) terlindung dari sinar matahari

èdi (ts) indah

éka (tw) satu

elar (ta) bulu unggas

èlèk (ts)

éling (tk, ts) ingat, sadar

élok (tkr) aneh, ajaib

eluk (tk) tekuk

éman (tk) sayang kalau hilang atau rusak

embah (ta) nenek/kakek

embuh (tpw) entah

emoh (tk) tidak mau

emplok (tk) memasukkan ke mulut

empuk (ts) lembut

émut ; émut (tk) ingat

emut (tk) kulum

enak (ts) enak

èncèr (ts) cair

éndah (ts) indah

endas (ta) kepala binatang

éndha (tk) berkelit

éndhang (ta) gadis padepokan

éndhang (tk) jenguk

endi (tg) mana

endog (ta) telur

enek (ts) mual

enem (tw) enam

enep (tk) endap

ener (ta) arah

énggal (tkr) cepat

énggal (ts) baru

énggar (tk) hibur

énggok (tk) belok

enggon (ta) tempat

enjing; enjing (ta, tkr) pagi

entas (tk) angkat, ambil

enték (ts) habis

entén (tk) tunggu

entén-entén (ta) isi jajanan terbuat dari partan kelapa dimasak dengan gula merah

énthéng (ts) ringan

énthong (ta) sendok nasi

éntuk (tk) dapat, boleh

entup (ta) sengat

entut (ta) kentut

enyang tawar (harga)

epang (ta) dahan

erah (tk) ambil

éram (tk) heran

eri (ta) duri

esthi (tk) latih; pelajari

estu (tkr) sungguh, jadi

esuk (ta, tkr) pagi

éthok-éthok (tk) pura-pura

éwa (ts) kecewa

éwadéné (tpy) walaupun demikian

éwah (tk) ubah; berubah

éwuh (tk) rikuh; serba salah

éyang (ta) terlindung dari sinar matahari atau hujan

éyup (ts) terlindung dari sinar matahari atau hujan

G

gada (ta) gada; senjata pemukul

gadhah (tk) mempunyai

gabah (ta) padi yang telah terlepas dari tangkainya

gagah (ts) gagah

gagak (ta) burung pemakan bangkai

gagang (ta) tangkai

gagas (tk) pikir

gagasan (ta) pemikiran

gagé (tkr) cepat

gajah (ta) gajah

gajih (ta) lemak jenuh

galak (ts) galak

galar (ta) batang bambu; alas kasur

galengan (ta) jalur pembatas petak sawah

galih (tk) merasakan dalam hati

gaman (ta) senjata

gambang (ta) alat musik pukul, bagian dari gamelan

gambar (ta) gambar

gambas (ta) petola

gambir (ta) buah pinang yang sudah diolah

gambir anom (ta) nama tarian ksatria

gambyong (ta) nama tarian untuk menyambut tamu

gamel (tg) tukang merawat kuda

gamelan (ta) alat musik Jawa

gampang senang/mudah

gampil (ts) gampang

gamping (ta) kapur tembok

ganda (ta) bau

gandarwa (ta) hantu besar hitam

gandheng (ts) gandeng

gandhes (ts) luwes

gandhol (tkr) bergantung pada sesuatu

gandhul (tkr) tergantung (untuk benda yang berat)

ganep (ts) gebap

gangsal (tw) lima

gangsar (tkr) lancar

ganjar (tk) ganjar

ganjaran (ta) hadiah

ganjil (ts) ganjil

gantung (tk) gantung

gaplek (ta) singkong yang dikeringkan

gapuk (ts) rapuh dimakan usia (untuk kayu)

gapyuk (tkr) tidak sengaja bertemu berhadapan

garan (ta) gagang

garing (ts) kering

garu (ta; tk) alat penggaruk tanah; menggaruk tanah

garudha (ta) garuda, nama burung dalam mitos Jawa

garwa (ta) suami/istri

gasik (tkr) awal

gatel (ts) gatal

gathot (ta) makanan dari gaplek

gawan (ta) bawaan

gawang-gawang (tk) terbayang

gawat (ts) gawat

gawé (tk) buat

gayuh (tk) capai

geber (tk) layar penutup panggung

gebug (tk, ta) hantam badan dengan benda keras; pemukul besar

gedhang (ta) pisang

gedhé (ts) besar

gegana (ta) angkasa

gegayuhan (ta) keinginan/cita-cita

geger (ta) punggung

gègèr (tkr) riuh

gegedhug (ta) pimpinan (untuk kelompok penjahat, pembuat onar)

gela (ts) kecewa

gelak (tk) percepat

gelang (ta) gelang

gelar (tk) bentang (tikar)

gelas (ta) gelas

gelem (tk) mau

gelis (tkr) cepat

gemak (ta) burung puyuh

gemang (tk) tidak mau

gembili (ta) sejenis ubi/talas

gemblak (ta) anak lelaki yang dijadikan kekasih seorang lelaki

gemblung (ts) tidak normal pikirannya

gembok (ta) gembok

gembor (ta) alat untuk menyiram tanaman

gemes (tk) gemas

gemlethak (ts) bergeletakan

gemlundung (tk) bergelundungan

gemuk (ta) lemak; pelumas

gemrégah (tk) bangkit seketika

gemrubug (tkr) menderu (suara angin)

gemrudug (tkr) pergi/datangnya dalam jumlah besar

genah (ts) jelas

gendèr (ta) nama alat musik pukul

gendhakan (ta) wanita simpanan

gendhèng (ts) atap seng

genthèng (ts) genteng

gendheng (ts) gila

gendhing (ta) musik Jawa

gendhuk (tg) panggilan untuk anak perempuan

gendruwo (ta) hantu besar hitam

gendul (ta) botol

geni (ta) api

gènjèr (ta) nama sayuran

genjot (tk) genjot

gèntèr (ta) galah

genthong (ta) tempayan

genuk (ta) tempayan kecil

gepuk (tk) pukul

geplak (ta) nama jajanan terbuat dari kelapa parut dan gula

gèpèng (ts) pipih

gerah (ts) sakit

gerang (ts) dewasa

gerèh (ta) ikan asin

gering (ts) sakit

germo (ta) mucikari

gero-gero (tk) menangis melolong-lolong

gèsèh (ts) berbeda; tidak pas

geseng (ts) hitam

getak (tk) hardik

getap (ts) cepat bertindak/bereaksi

getas (ts) retas; mudah patah

gèthèk (ta) rakit

gething (tk) benci

gethuk (ta) singkong rebus tumbuk

getih (ta) darah

getir (ts) rasa antara pahit menusuk

getun (ts) menyesal

gila (ts) jijik

gilig (ts) tidak pipih

ginanjar (tk) diberi hadiah/ganjaran

giris (ts) ngeri

githok (ta) belakang leher

glangsaran (tkr) jatuh terkapar

glathik (ta) burung gelatik

glenik (tk) bujuk

glethak (tk) terletak

glindhing (tk) menggelinding; bergulir

gludhug (ta) guruh

glundhung (tk) menggelinding; terguling

gobang (ta) uang logam

gocèk (tk) berpegang

godhag (ts) mampu berbuat

godhog (ts, tk) rebus

godhong (ta) daun

gombak (ta) surai kuda

gombal (ta) kain usang

gondhal-gandhul (ts) berayun-ayun (untuk benda yang tergantung)

gondhangen (ts) bengkak setelah dikhitan

gondhelan (tk) berpegang

gondhok (ta) bengkak pada kelenjar di leher

gondhol (tk) bawa lari/gonggong

gondhong (ta) bengkak pada leher

gosong (ts) hangus

gothot (ts) berotot

gotong (tk) angkat

gowang (ts) berlubang pada tepi (gigi, pisau)

grabah (ta) perlengkapan rumah dari tanah liat

gragal (ta) kerikil besar

gragapan (tkr) dalam keadaan belum sepenuhnya terjaga dari tidur

grahana (ta) gerhana

grana (ta) hidung

grapyak (ts) ramah

grenengan (tk) berbicara dengan suara rendah

grèsèk (tk) mencari di antara sisa-sisa

gringgingen (ts) kesemutan

gringsing (tg) jenis kain/tenunan

griya (ta) rumah

gruwung (ts) berlubang

grudhal (ta) kotoran gigi

gudig (ta) kudis

gudir (ta) agar-agar

gugah (tk) bangunkan

gugu (tk) percaya

gulu (ta) leher

gulung (tk) gulung

guling (ta) guling

gumpil (tk) runtuh (tanah)

gumuk (ta) bukit kecil

gumyak (kr)) ramai; ceria

gundhul (ts) tidak berambut

gundhul (ta) kepala

gurah (ta) nama tanaman

gurah (tk) membersihkan saluran pernafasan menggunakan getah tanaman gurah

gusah (tk) halau

guwa (ta) gua

guyon (tk) gurau

guyub (ts) rukun damai

gudheg (ta) masakan terbuat dari nangka muda

gori (ta) nangka muda

gogor (ta) anak harimau

gugur (tk) mati di medan perang

grudug (tk) pergi/ datang dalam jumlah besar

gya (tkr) segera

H

hastha (tw) delapan

hara (tpw) coba

hayo (tpw) hayo

I

iba (tsb) betapa

iberé (ta) terbang

ibu (ta) ibu

ical; ical (ts) hilang

idep (ta) bulu mata

ider (tk) berjualan berkeliling

idu (ta) ludah

idhep-idhep (tsb) sekalian; hitung-hitung

idhi (ta) izin

iga (ta) tulang belikat

iguh (ta) upaya; cara

ijir (tk) berhitung

ijem; ijem (ts) hijau

ijo (ts) hijau

ijol (tk) tukar

iket (ta) ikat kepala

iki (tg) ini

iku (tg) itu

iler (ta) air liur

iming-iming (ta) hadiah yang dijanjikan

ila-ila (ta) kepercayaan; pantangan

ilat (ta) lidah

iler (ta) liur

ili (ta) aliran (air, darah, dsb.)

imbal (tsb) berselang-seling; saling

imbu (tk) peram

imbuh (tk) tambah; bonus

impèn (ta) mimpi; impian

ina (ts) hina

ing (tpr) di

inger (tk) geser dengan sedikit mengubah arah

ingklik (ta) bunga singkong

ingklik (tkr) cepat-cepat berlalu; berjalan cepat

ingkung (ta) ayam panggang utuh

ingsun (tg) saya

ingu (tk) memelihara (hewan)

ingon-ingon (ta) hewan peliharaan

inuman (ta) minuman

iring (tk) iring

iringan (tkr) samping

ireng (ts) hitam

isep hisap

isih (tkr) masih

isin (ta, ts) malu

isis (ts) sejuk terkena semilir angin

iwak (ta) ikan

J

jabang (ta) bayi

jabel (tk) cabut kembali

jabut (tk) cabut

jadah (ta) nama jajanan dari ketan

jaé (ta) jahe

jaga (tk) jaga

jagabaya (ta) petugas keamanan desa

jagad (ta) dunia

jagal (ta) tukang potong hewan ternak

jagang (ta) penopang, standar

jail (ts) jahil

jajah (tk) menguasai wilayah negara lain

jajah (ts) telah bepergian ke berbagai pelosok

jajal (tk) coba

jajan (ta) makanan ringan

jaka (ts) jejaka

jala (ta) jala

jaladri (ta) lautan

jalak (ta) nama burung

jalaran (ta) penyebab

jaler; jaler (ts) laki-laki

jalma (ta) manusia

jalu (ta) taji

jaluk (tk) minta

jaman (ta) jaman

jamas (tk) keramas

jambak (tk) tarik rambut

jamban (ta) peturasan; kamar mandi

jambé (ta) pinang (tanaman)

jambul (ta) jambul

jamu (ta) obat tradisional jawa

jan (tpw) sungguh-sungguh

jangan (ta) sayur

jangar (ts) rasa sakit dan panas di kepala

jangga (ta) leher

janggel (ta) tongkol jagung

janggut (ta) dagu

jangka (ta) jangka; ramalan

jangkar (tk) memanggil nama, tanpa sebutan penghormatan

janma (ta) manusia

japa (ta) mantra

jarak (tk) cari perkara

jaran (ta) kuda

jarang (ta) air panas

jaré (tk) katanya

jarem (ts) tuam

jarik (ta) kain panjang

jarit (ta) kain panjang

jarké (tk) biarkan

jarwa (tk) cerita, terjemah

jatah (ta) jatah

jathilan(ta) tarian kuda kepang

jatukrama(ta) jodoh

jawa (ta) jawa

jawa (ts) bertanggung jawab; tahu kewajibannya

jawah; jawah (tk,ta) hujan

jawat (tk) ganggu, godha (antara pria dan wanita)

jawata (ta) dewa

jawi (ta) jawa

jawil (tk) senggol

jaya (ts) jaya

jèbèng (ta) panggilan untuk bayi

jegog (tk) salak (anjing)

jegur (tk) terjun ke dalam air

jejeg (tk) tendang

jejeg (ts) tegak

jejer (ta) adegan dalam pagelaran wayang yang menggambarkan ertemuan raja,

para punggawa serta keluarga istana

jèjèr (ts) bersanding, bersebelahan

jejuluk panggilan, sebutan

jelih (tk) teriak

jembar (ts) luas

jembrak (ts) rambut yang gondrong dan berdiri

jèmbrèng (tk) buka lebar (untuk kain, kertas, dsb.)

jembut (ta) rambut kemaluan

jempalik (tk) terguling ke arah berlawanan

jempol (ta) ibu jari

jemuwah (ta) jumat

jenang (ta) bubur halus

jenar (ts) merah; kuning emas

jenaté (ts) Al,arhum

jené (ta) kuning

jeneng (ta) nama

enggèlèk (tkr) bangkit secara tiba-tiba

jenggong (tk) salak (anjing)

jengkar (tk) pindah, meninggalkan tempat

jèngkèl (ta) jengkel

jengking (tk) tungging

jengkol (ta) jering

jenthik (ta) kelingking

jepit (tk) jepit

jeplak (tk) membuka dengan cepat

jeram (ta) jeruk

jèrèng (ts) juling

jerit (tk) jerit

jero (ts) dalam

jerohan (ta) isi perut

jeruk (ta) limau

jethungan (tk) petak umpet

jèwèr (tk) ditarik telinganya

jimat (ta) jimat

jirih (ts) penakut

jiwa (ta) jiwa

jiwit (tk) cubit

jlèntrèh (tk) jelaskan

jodho (ta) jodoh

jojoh (tk) cucuk dengan benda tajam

jomplang (ts) tidak setimbang

jorok (tk) dorong sampai jatuh

jothak (tk) seteru

juju (tk) suap langsung ke dalam paruh

jujug (tk) langsung menuju

jujul (ta) kembalian

jujur (ts) lurus

jujur (ts) jujur

julungpujut (tg) nama wuku dalam penanggalan jawa

julungwangi (tg) nama wuku dalam penanggalan jawa

jumadilakir (tg) nama bulan dalam penanggalan jawa

jumadilawal (tg) nama bulan dalam penanggalan jawa

jumantara (ta) angkasa

jumawa (ts) angkuh

jumbuh (ts) bertemu, cocok (untuk pendapat, pemikiran)

jumpalitan (tk) berguling-guling (koprol)

jungkat (ta) sisir

jupuk (tk) ambil

juragan (ta) majikan

juwèh (ts) suka memberikan komentar tentang urusan orang lain

juragan (ta) majikan

K

Kabeh semua

Kacu sapu tangan

Kacuk kemaluan laki laki

Kacung pelayan

Kademen kedinginan

Kadingaren tumben

Kadipaten kadipaten

Kadohan kejauhan

Kakehan kebanyakan

Kambil kelapa

Kampleng pukul

Kampul2 mengambang

Kampung kampung

Kana sana

Kanca teman/kawan

Kanda bilang/mengatakan

Kandang kandang

Kapok kapok /tidak mau mengulangi

Kapuk kapas

Kasep terlambat

Kasur kasur

Kathok celana

Kawat kawat

Kebak penuh

Kemu kumur

Kecelek tertipu/terlambat tidak mendapatkan apa apa

Kecik biji

Kemaki belagu ( laki-laki )

Kemayu genit ( perempuan)

Kembang bunga

Kembar kembar

Kembung kembung

Kemingkel terbahak

Kena kena

Kene sini

Kenceng banter

Kendel berani

Kendi kendi

Kendil periuk nasi dari tanah

Kendo longgar/kurang kuat/rapat

Kerdus kardus

Kethak jitak

Kenthir gila

Kenthongan kentongan

Keplok tepuk tangan

Kere kere/gembel

Kerek kerek

Keri ketinggalan

Keselak tersedak

Kikir kikir

Kisruh kisruh

Kiwa kiri

Klambi baju kemeja

Klapa kelapa

Klebu masuk

Klebon kemasukan

Klilip kelilipan

Kluwih nangka sayur

Kobong terbakar

Kodok katak

Kocak kocak

Kolak kolak

Konangan ketahuan

Kondang terkenal

Koplok pukul

Kopong tidak ada isinya, kosong

Kosok Balen sebaliknya

Kosokan gosokan

Kothak kotak

Krama bahasa jawa halus, kawin

Kramas keramas

Kramat keramat

Kucing kucing

Kudu harus

Kudung kerudung

Kulit kulit

Kulu tetelan

Kumat kambuh

Kumu kumur

Kuna kuno

Kura kura-kura

Kutha kota

Kuwat kuat

Kuwi itu

L

Labuh berlabuh

Ladrang istilah dalam seni karawitan

Laku perjalanan hidup/cobaan yang harus dilalui

Lalen pelupa/gampang lupa

Laler Lalat

Lali lupa

Lambaran dasar/alas

Lambe bibir

Lamur kabur (pandangan)

Lanang laki-laki

Lancang lancang

Landep tajam

Lapangan tanah lapangan/lapangan sepak bola

Lara sakit

Laras laras

Laris laris

Latar halaman

Lawa kelelawar

Legi manis

Lelakon cerita hidup

Lelayu berita kematian

Lemah tanah

Lemes lemas

Lempung tanah liat

Lemu gemuk

Lemut nyamuk

Lenga minyak

Lengen lengan

Lenggah duduk

Lesehan lesehan

Lesus angin lesus

Lima lima

Limpung ubi goring

Lindu gempa bumi

Linggih duduk

Lintang bintang

Lintu tukar

Lirih pelan

Liya lain

Liyane yang lain

Lobok kebesaran/kegedean

Loji rumah besar bertingkat

Loma murah hati/dermawan

Lombok cabe/lombok

Londo belanda/orang barat

Lor utara

Loro dua

Luber meluber

Lugu lucu

Lumantar melalui sesuatu

Lumrah wajar

Lunga pergi

Lungguh duduk

Lurah lurah

Luwe lapar

Luwih lebih

O

obah (tk) bergerak

obong (tk) bakar

obor (ta) obor

obok-obok (tk) aduk-aduk menggunakan tangan ( biasanya ke air )

oceh (tk) cakap

ogak (ts) goyang (untuk gigi)

ombak (ta) ombak

ombe (tk) minum

omben-omben (ta) minuman

omber (ts) luas

ombyok (tw) ikatan besar (untuk sayuran, buah- buahan, dsb.)

omong (tk) cakap

ompol (ta) air kencing yang dikeluarkan dalam tidur

opak (ta) kerupuk dari umbi-umbian

ora (tkr) tidak

orak-arik (ta) masakan dari telur

orat-arit (tk) berantakan

osik (ta) gerak

owah (ts) gila

owah (tk, ts) berubah

oyok (tk) rebut

oyot (ta) akar

U

ubarampé (ta) perlengkapan

ucek (tk) gosok-gosokkan (mata, cucian)

uceng (ta) jenis ikan sungai

udakara (tpy) kira-kira, kurang lebih

ucul (tk, ts) terlepas

udal-udal (tk) membongkar

udan (ta) hujan

udani (tk) telanjangi

udel (ta) pusar

udheng (ta) ikat kepala

udi (tk) ajar; pelajari

udud (ta; tk) rokok; merokok

udun (ta) bisul

udur (tk) berdebat

uga (tkr) juga

ugal-ugalan (tkr) bertindak tanpa mengindahkan aturan

ugel-ugel (ta) pergelangan tangan

uger-uger(ta) kusen

uget-uget (ta) larva

ugi (tkr) juga

ugungan (ts) senang dipuji

uja (tk) penuhi segala keinginan

ujar (ta) perkataan

ujub (tk) laksanakan

ujur (ta) membujur

ukara (ta) kalimat

ukir (tk) ukir

ula (ta) ular

ular-ular (ta) petuah

ulem (tk) undang

uleng-ulengan

uler (ta) ulat

ules (ta) warna (untuk binatang)

ulet (ts) liat

ulu (tk) telan

ulung (tk) serah

uman (tk) kebagian

umbar (tk) biarkan/ lepaskan

umbel (ta) ingus

umbul (ta) gambar

umbul (ta) mata air

umbul-umbul (ta) bendera

umek (ts) tidak bisa diam

umik-umik (tk) komat-kamit

umob (ts) didih

umpak (ta) alas tiang

umplung (ta) kaleng

umum (tk) umum

umur (ta) umur

umyek (tk) sibuk sendiri

undamana (tk) maki-maki

undang (tk) panggil

under (tkr) pusat, inti

undha (tk) terbangkan (untuk layang-layang)

undha-undhi (tks) sama saja, selisih usianya sedikit

undhuh (tk) petik/tuai

undur (tk) gerak ke belakang

undur-undur (ta) nama serangga

uni (ta) bunyi, suara

unjuk (tk) geser naik

unjuk (tk) minum

unta (ta) onta

untab (tk) temani saat-saat keberangkatan

untal (tk) telan semuanya

untel-untel (tk)

unthuk (ta) busa

unting (tk) ikat segepok

untir (tk) pelintir

untu (ta) gigi

untup-untup (tk) muncul sedikit

upama (tpy) umpama

upaya (ta) upaya

ura-ura (tk) bernyanyi

urik (ts) curang

urip (tk,ts) hidup

usada (ta) obat

usir (tk) usir

usus (ta) usus

usus-usus (ta) tali kolor

utang (ta) hutang

uwa (tg) sebutan untuk kakak ayah/ibu

uwal (tkr) terlepas dari ikatan (untuk manusia)

uwan (ta) uban

uwang (ta) rahang bawah

uwi (ta) talas

uyuh air seni

uyup hirup (untuk cairan, mis. kuah sayur)

W

waca (tk) baca

wacana (ta) wacana, diskursus

wadal (ta) tumbal

wadanan (ta) julukan

wadas (ta) cadas

wadat (tkr) tidak menikah

wadhag (ta) jasmani

wadhah (ta) tempat

wadhang (ts) masakan kemarin (untuk nasi)

wadhuk (ta) bendungan

wadhuk (ta) perut

wadi (ta) rahasia

wadon (ts) perempuan

wadul (tk) mengadu

wagé (tg) nama pasaran

wagu (ts) janggal

waja (ta) gigi

waja (ta) baja

wajan (ta) kuali

wajik (ta) nama jajanan terbuat dari ketan

wajik (ts) jajaran genjang

walanda (tg) belanda

walandi (tg) belalang

walang (ta) belalang

walèh (tkr) bosan

wales (tk) balas

walesan (ta) gagang pancing

wali (ta) wali

walik (ta) balik

waluh (ta) labu

waluya (ts) sehat

wana (ta) hutan

wanara (ta) kera

wanadri (ta) hutan rimba

wanci (ta) waktu

wanda (ta) suku kata

wanda (ta) badan

wandé; wandé (ta) warung

wandu (ts) banci

wangi (ts) harum

wangsit (ta) wahyu

wangun (ta) bentuk

wangwung (ta) kumbang

wani (ts) berani

wanita (ta) wanita

wanodya (ta) wanita

wanti-wanti (tk) berpesan dengan sangat

wanuh (tk) tahu, kenal

waos (ta) gigi

waos (tk) baca

wara-wara (ta) pengumuman

warah (tk) tunjuk/ajar

warak (ta) badak

warangan (ta) racun (biasanya dipakai untuk melumuri keris)

waranggana (ta) penyanyi (dengan iringan gamelan)

warangka (ta) kerangka, sarung keris

waras (ts) sehat

wareg (ts) kenyang

warèng (tg) keturunan ke 5

warga (ta) warga

wargi; wargi (ta) warga

warih (ta) banyu

waris (ta) waris

waringuten (tkr) kewalahan

warna (ta) warna

warok (ta) orang berilmu (daerah Madiun, Ponorogo, Tenggalek dan sekitarnya)

warsa (ta) tahun

warta (ta) berita

warung (ta) warung

wasis (ta) pandai

waskitha (ts) waspada

waspa (ta) air mata

waspada (ts) waspada

wastani (tk) kira, sangka; namakan, sebut

wastra (ta) laut

watak (ta) watak

watara (tkr) kira-kira

watek (ta) watak

wates (ta) batas

waton (tkr) asal-asalan; asalkan

watu (ta) batu

wau (tg) tadi

wawacan (ta) bacaan

wawansabda (tk) bercakap-cakap

wawas (tk) pikir, timbang

wawasan (ta) pikiran, pertimbangan

wayah (ta) masa/waktu

wayah (ta) cucu

wayang (ta) wayang

wayu (ts) basi

wayuh (tk) diduakan (oleh suami)

wé (ta) air

wédang (ta) minuman hangat

wédang (ta) air matang

wedhak (ta) bedak

wedhar (tk) urai, bahas

wedhi (ta) pasir

wedi (ts) takut

wedhon (t hantu sawah

wédhok (ts) perempuan

wedus (ta) kambing

wegah (ts) enggan

wekas (ta) pesan

wekasan (ta) akhir

wekdal; wekdal (ta) waktu

wektu (ta) waktu

welas (ta, tk) rasa kasihan; merasa kasihan

welèh (tk) balasan setimpal

weling (ta) ular belang

weling (ta) pesan

wenang (ts) berwenang, berhak

wengku (tk) memangku, menikahi (pria menikahi wanita)

wening (ts) bening

wengi (tkr, tkr) malam

wentis (ta) betis

werdi (ta) arti

werna (ta) warna, jenis

weruh (tk) nampak, tahu

wesi (ta) besi

wèt (ta) hukum

wetah ; wetah (ts) utuh

wétan (tg) timur

weteng (ta) perut

weton (ta) hari kelahiran

wetu (tk) keluar

wewaler (ta) pantangan

wéwé (ta) hantu perempuan

wèwèh (tk) memberi

wewengkon (ta) daerah kekuasaan, wilayah

widada (ts) selamat

widadara/i (ta) bidadari laki-laki/perempuan

wigati (ts) penting

wiji (ta) biji; benih

wijik (tk) mencuci tangan

wilang (tk) hitung

wilangan (ta) bilangan

wilujeng (tkr) selamat

winarah (tk) terjadi

wingènané (tg) dua hari yang lalu

wingi (tg) kemarin

wingit (ts) angker

wingking; wingking (tkr) belakang

winengku (tk) disunting; diperistri

winisuda (tk) diwisuda

winih (ta) benih

wirama (ta) irama

wirang (ts) malu

wirid (ta) kata atau kalimat pujian kepada Allah yang dibaca berulang-ulang

wiridan (ta) pembacaan wirid

wiring galih (ta) hitam (ayam jago)

wiron (ta) bagian dari kain panjang yang dilipat memanjang bersusun yang akan

diletakkan di bagian terluar di depan pada saat kain panjang dikenakan

wiru (tk) melipat bagian tepi kain panjang menjadi lipatan-lipatan kecil

memanjang bersusun

wis (tkr) sudah

wisa (ta) bisa, racun

wisik (ta) bisikan, wahyu

wisma (ta) rumah

wisuh (tk) basuh tangan/kaki

wisuda (tk) wisuda

wit (ta) pohon

witikna (tpy) salah sendiri; mengapa pula

wiwit (tk) mulai

wondéné (tpy) sedangkan

wong (ta) orang

wos (ta) arti

wos; wos (ta) beras

wot (ta) jembatan

wrangka (ta) sarung keris

wré (ta) kera

wréda (ta) yua

wucal; wucal ajar

wuda (tkr) telanjang

wudhar (tk) terurai

wudun (ta) bisul

wukir (ta) gunung

wulang ajar

wulu (ta) bulu

wulung (ta) elang

wulung (ts) ungu tua

wungkuk (ts) bongkok

wungu (ts) ungu

wungu: wungu (tk) bangun

wuninga (ts) tahu

wuri (tkr) belakang

wuruk (tk) tunjuk/ajar

wurung (tkr) batal

wus (tkr) sudah

wusana akhir, kejadian

wuta (ts) buta

wutah (tk) tumpah

wutuh (ts) utuh

wuwung (ta) bubungan atap

wuwuh (tk) tambah

wuwus (ta) bicara, kata-kata

wuyung (ts) kasmaran

Y

yasa (tk) membuat

yamadipati (tg) dewa kematian

yayah (ta) ayah

yuyu (ta) kepiting sungai

yayi (tg) adik

yèn (tpy) bila, jika

yuta (tw) juta

yuswa (ta) umur

yekti (ts) sungguh; benar

yuwana (ts) selamat

yaksa (ta) raksasa

yatra (ta) uang


by: javanese - manazati



Sumber:
'mbah Google'

http://alangalangkumitir.wordpress.com

0 komentar more...

Javanese Alphabet (Aksara Jawa)

by Manazati on Nov.22, 2009, under ,

Ujar-ujar kuno dalam bahasa Jawa ini mengandung arti bahwa budi pekerti seseorang atau suatu bangsa (Jawa) akan terlihat melalui bahasa yang dituturkannya. Bahwa kemudian bahasa jawa itu menjadi kurang populer dikalangan masyarakat jawa itu sendiri bukanlah suatu alasan untuk melupakan apalagi membuang budaya jawa nan adiluhung ini.


Sejak gelaran KBJ IV di Semarang pada taun 2006, usaha untuk meregistrasi aksara jawa agar masuk dalam standar unicode mulai intensif di laksanakan. Tim khusus Registrasi Unicode aksara jawa berhasil dibentuk dengan dikomandani oleh Ki Hadiwaratama (Bandung), Ki Sudarto HS (Jakarta) dan Ki Bagiono Sumbogo (Jakarta). Kerja keras yang telah dikerjakan selama kurang lebih 3 tahun ini akhirnya membuahkan hasil dengan telah diterimanya aksara jawa sebagai aksara yang diakui dalam standar unicode pada tanggal 1 Oktober 2009. Sejajar sudah kedudukan aksara jawa (hanacaraka) dengan aksara-aksara tradisional di dunia lainnya seperti aksara arab, aksara hiragana, aksara kanji, aksara devanagari dan lainnya yang telah diakui terlebih dahulu. Sebenarnya dalam aksara-aksara nusantara, aksara jawa merupakan aksara ke-5 yang diakui Unicode setelah aksara Bugis, aksara Bali, aksara Rejang dan aksara Sunda. Semoga dengan diakuinya aksara Jawa sebagai bagian aksara tradisional di dunia menambah semangat kita selaku pemilik aksara Jawa untuk kembali mempelajari, menggunakannya sekaligus melestarikannya dalam kehidupan sehari-hari.. Semoga.!
(http://hanacaraka.fateback.com)


Aksara Jawa yang mungkin sudah kita lupakan??
Dipostingan ini saya ingin menyegarkan ingatan kita akan aksara Jawa yang dulu pernah diajarkan saat kita masih dibangu SD (Sekolah Dasar). Atau mungkin sama sekali belum pernah mempelajari?(...waduuuhhh;)

Angka Jawa:







'Munine Aksara Jawa Carakan'


Cara mengejanya klik disini


Pasangan Konsonan :









*Font 'Honocoroko' bisa di download dengan klik disini


Babad Jawa AjiSaka (kisah dibalik terciptanya Aksara Jawa)
Pada jaman dahulu, di Pulau Majethi hidup seorang satria tampan bernama Ajisaka.Selain tampan, Ajisaka juga berilmu tinggi dan sakti mandraguna. Sang Satria mempunyai dua orang punggawa, Dora dan Sembada namanya. Kedua punggawa itu sangat setia kepada pemimpinnya, sama sekali tidak pernah mengabaikan perintahnya. Pada suatu hari, Ajisaka berkeinginan pergi berkelanan meninggalkan Pulau Majethi. Kepergiannya ditemani oleh punggawanya yang bernama Dora, sementara Sembada tetap tinggal di Pulau Pulo Majethi, diperintahkan menjaga pusaka andalannya. Ajisaka berpesan bahwa Sembada tidak boleh menyerahkan pusaka tersebut kepada siapapun kecuali kepada Ajisaka sendiri. Sembada menyanggupi akan melaksanakan perintahnya.

Ganti cerita, pada masa itu di tanah Jawa terdapat negara yang terkenal makmur, tertib, aman dan damai, yang bernama Medhangkamulan.Rajanya bernama Prabu Dewatacengkar, seorang raja yang luhur budinya serta bijaksana. Pada suatu hari, juru masak kerajaan mengalami kecelakaan, jarinya terbabat pisau hingga terlepas. Ki Juru Masak tidak menyadari bahwa potongan jarinya tercebur ke dalam hidangan yang akan disuguhkan kepada Sang Prabu. Ketika tanpa sengaja memakan potongan jari tersebut, Sang Prabu serasa menyantap daging yang sangat enak, sehingga ia mengutus Sang Patih untuk menanyai Ki Juru Masak. Setelah mengetahui bahwa yang disantap tadi adalah daging manusia, sang Prabu lalu memerintahkan Sang Patih agar setiap hari menghaturkan seorang dari rakyatnya untuk santapannya. Sejak saat itu Prabu Dewatacengkar mempunyai kegemaran yang menyeramkan, yaitu menyantap daging manusia. Wataknya berbalik seratus delapanpuluh derajat, berubah menjadi bengis dan senang menganiaya. Negara Medhangkamulan beubah menjadi wilayah yang angker dan sepi karena rakyatnya satu persatu dimangsa oleh rajanya, sisanya lari menyelamatkan diri. Sang Patih pusing memikirkan keadaan, karena sudah tidak ada lagi rakyat yang bisa dihaturkan kepada rajanya.

Pada saat itulah Ajisaka bersama punggawanya, Dora, tiba di Medhangkamulan. klawan punggawane, Dora, tumeka ing Medhangkamulan. Heranlah Sang Satria melihat keadaan yang sunyi dan menyeramkan itu, maka ia lalu mencari tahu penyebabnya. Setelah mendapat keterangan mengenai apa yang sedang terjadi di Medhangkamulan, Ajisaka lalu menghadap Rekyana Patih, menyatakan kesanggupannya untuk menjadi santapan Prabu Dewatacengkar. Pada awalnya Sang Patih tidak mengizinkan karena merasa sayang bila Ajisaka yang tampan dan masih muda harus disantap Sang Prabu, namun Ajisaka sudah bulat tekadnya, sehingga akhirnya iapun dibawa menghadap Sang Prabu. Sang Prabu tak habis pikir, mengapa orang yang sedemikian tampan dan masih muda mau menyerahkan jiwa raganya untuk menjadi santapannya. Ajisaka mengatakan bahwa ia rela dijadikan santapan sang Prabu asalakan ia dihadiahi tanah seluas ikat kepala yang dikenakannya. Di samping itu, harus Sang rabu sendiri yang mengukur wilayah yang akan dihadiahkan tersebut. Sang Prabu menyanggupi permintaannya. Ajisaka kemudian mempersilakan Sang Prabu menarik ujung ikat kepalanya. Sungguh ajaib, ikat kepala itu seakan tak ada habisnya. Sang Prabu Dewatacengkar terpaksa semakin mundur dan semakin mundur, sehingga akhirnya tiba ditepi laut selatan. Ikat kepala tersebut kemudian dikibaskan oleh Ajisaka sehingga Sang Prabu terlempar jatuh ke laut. Seketika wujudnya berubah menjadi buaya putih. Ajisaka kemudian menjadi raja di Medhangkamulan.

Setelah dinobatkan menjadi raja Medhangkamulan, Ajisaka mengutus Dora pergi kembali ke Pulo Majethi menggambil pusaka yang dijaga oleh Sembada. Setibanya di Pulo Majethi, Dora menemui Sembada dan menjelaskan bahwa ia diperintahkan untuk mengambil pusaka Ajisaka. Sembada tidak mau memberikan pusaka tersebut karena ia berpegang pada perintah Ajisaka ketika meninggalkan Majethi. Sembada yang juga melaksanakan perintah Sang Prabu memaksa meminta agar pusaka tersebut diberikan kepadanya. Akhirnya kedua punggawa itu bertempur. Karena keduanya sama-sama sakti, peperangan berlangsung seru, saling menyerang dan diserang, sampai keduanya sama-sama tewas.
Kabar mengenai tewasnya Dora dan Sembada terdengar oleh Sang Prabu Ajisaka. Ia sangat menyesal mengingat kesetiaan kedua punggawa kesayangannya itu. Kesedihannya mendorongnya untuk menciptakan aksara untuk mengabadikan kedua orang yang dikasihinya itu, huruf-hurufnya adalah 'HaNaCaRaKa' diatas.


Smoga bermanfaat & mari kita uri-uri 'Aksara Jawa' warisan leluhur ini.

by: javanese - manazati

Sumber:
'mbah Google'
http://hanacaraka.fateback.com
http://www.omniglot.com
0 komentar more...

JAVANESE, oohhh... Pudarnya Tata Krama-mu

by Manazati on Nov.22, 2009, under ,

Tata Krama Bahasa. Masyarakat Jawa yang identik dengan budaya saling menghormati dan kesantunan yang tinggi, mempergunakan tata krama bahasa sebagai salah satu bentuk penghormatan. Mereka menggunakan bahasa sebagai bentuk rasa hormat kepada lawan bicaranya. Akan tetapi, berkat adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional menjadikan pudarnya nilai-nilai tata krama bahasa Jawa. Penutur asli bahasa Jawa beralih bahasa menggunakan bahasa Indonesia, padahal Bahasa Jawa telah menjadi pengikat kebudayaan. Akan tetapi, agaknya pengikat tersebut telah terabaikan dan menjadi hal yang sulit untuk dicari. Masyarakat Jawa telah kehilangan identitasnya sebagai penyandang bahasa ibu, yaitu bahasa Jawa. Bahasa Jawa memiliki tata krama bahasa, atau istilah dalam bahasa Jawanya adalah unggah-ungguh bahasa. Tata krama bahasa Jawa ini dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
  1. Bahasa Krama alus atau inggil, biasanya digunakan dalam percakapan berikut: antara orang yang lebih muda dengan yang lebih tua dan atau seusia, ditujukan kepada seseorang yang berkedudukan lebih tinggi, serta digunakan dalam acara-acara formal.
  2. Bahasa Krama lugu, bahasa Jawa lugu dipergunakan dalam percakapan masyarakat awam. Kedudukan bahasa Jawa lugu lebih rendah dari bahasa Jawa alus.
  3. Bahasa Jawa ngoko adalah bahasa dengan tingkatan tata krama paling rendah. Biasanya digunakan dalam percakapan sehari-hari, percakapan sesama teman, dan sebagainya.
Peminat bahasa Jawa semakin sedikit. Tata krama bahasa Jawa telah lenyap digantikan bahasa ngoko dan bahasa Indonesia (ditekankan, bahwa bahasa Jawa ngoko tidak dapat dipakai sebagai bahasa penghormatan). Tata krama bahasa ini pun telah jarang kita temui dalam masyarakat Jawa. Beberapa alasan yang menyebabkan hal ini adalah sulitnya sosialisasi, karena semakin minimnya pengguna bahasa Jawa alus.
Yuk, kita bagi-bagi tugas:
  • Orang Tua, seharusnya, yang menjadi pensosialisasi bahasa Jawa alus pertama kali adalah orang tua. Orang tua yang harusnya mengenalkan bahasa Jawa alus. Karena dengan begitu, seorang anak akan terbiasa dengan memakai bahasa tersebut.
  • Guru/sekolah, sekolah mengajarkan bahasa Jawa alus kepada murid-muridnya. Sekolah dasar biasanya mengadakan mata pelajaran muatan lokal (mulok).
Akan tetapi, sekarang ini tidak banyak orang tua yang mengajarkan bahasa alus tersebut. Orang tua cenderung lebih senang mengajarkan bahasa Indonesia ketimbang bahasa Jawa. Begitu juga dengan sekolah. Sekolah-sekolah lebih banyak memprioritaskan bahasa Indonesia ketimbang bahasa Jawa alus.
Dampak negatif dari tidak dipakainya tata krama ini adalah tidak terjalin komunikasi yang selaras. Misalnya pembicaraan seorang anak dengan Ibunya. Ketika seorang anak berbicara dengan menggunakan bahasa Jawa ngoko kepada Ibunya, akan terlihat saru atau tidak sopan. Contoh: si Anak bertanya, “arep lungo endi, Bu?” akan berbeda suasana bila si Anak itu bertanya dengan bahasa Jawa alus, “badhe tindak pundi, Bu?”.

Pemakaian bahasa Jawa sesuai dengan tata kramanya lebih banyak memiliki dampak positif. Di antaranya, timbul rasa hormat kepada lawan bicara sehingga perbincanganpun
akan terjalin dengan baik dan pembicaraan akan terkesan harmonis karena penutur dan lawan tuturnya mempergunakan bahasa yang halus. Oleh karena itulah, penting adanya sosialisasi dan peninjauan kembali fungsi dan kedudukan tata krama bahasa Jawa agar lebih diperhatikan oleh masyarakat Jawa serta pemerintah. Pemerintah hendaknya diikutsertakan supaya membantu pelestarian budaya Indonesia yaitu bahasa daerah.



Tata Krama Maradhayoh
ANGON WAYAH, NGERTI WEKTU
Maradhayoh ora kena sakarepe dhewe, kudu ngerti wayah sing trep kanggo mertamu. Aja mertamu wayahe wong ngaso lan turu, kira-kira jam loro nganti jam papat sore. Aja mertamu wancine wong mangan, embuh wancine sarapan, mangan awan, utawa mangan bengi. Senajan panjenengan dudu wong muslim, nanging yen maradhayoh wancine wong nindakake ibadah prayogane enggal pamitan mulih. Upamane wancine shalat magrib sing wektune mung sethithik, menawa krungu azan magrib kudu enggal pamitan. Jroning sasi Ramadhan yen mertamu sore saperlune wae, awit wayah sore wancine wong repot nyiapake buka. Aja nganti krungu azan magrib lagi gupuh pamitan. Mertamu sacukupe wae aja kesuwen, mundhak sing ditamoni jeleh lan kesel nemoni. Rembugan aja nglantur. Sing bisa momong pangrasane sing duwe omah. Yen sajake ora seneng dijak ngrembug sawenehing bab, becike aja diterusake. Yen ana perlu wigati aja kesuwen, enggal dikandhakake apa wigatine anggone mertamu. Mertamu aja kliwat saka sak jam. Kajaba yen wis lawas ora ketemu upamane tilas mitra raket nalika isih sekolah, kanca nyambutgawe ana kutha liya, lan sapanunggalane. Iku wae iya kudu ndeleng kahanane sing ditamoni, seneng apa ora ditekani. Prayogane nalika mertamu nganggo arloji, supaya ngerti wanci. Sebab durung mesthi saben ruang tamu ana jame. Kepriye yen sing duwe omah sing nggandholi? Upamane merga wis suwe ora ketemu,durung mari kangene, angger arep pamitan mulih digandholi. Panjaluke sing duwe omah kena dituruti nanging saperlune. Yen dirasa keperluane wis cukup lan anggone mertamu wis rada suwe, prayogane tetep nyuwun pamit nanging janji yen arep dolan maneh ing liya wektu.
TRAPSILA
Senajan maradhayoh kuwi ora resmi nanging perlu migatekake tata susila. Klambi sing sopan, apa maneh yen merdhayoh menyang omahe wong sing luwih tuwa. Yen disuguhi aja kesusu diombe apa dipangan sadurunge dimanggakake sing duwe omah. Menawa suguhane wedang diwadhahi cangkir lan lepek, anggone njupuk salepeke, aja mung cangkire wae. Senajan wedange enak, nasthelgi, aja dientekake nganti gusis nanging dingengehake sethithik wae ing dhasare cangkir. Yen disuguhi jajan, panganan, anggone njupuk saperlune senajan jajane enak tur weteng lagi luwe. Kepriye yen dijak mangan? Ana kalane maradhayoh disuguhi mangan senajan ora wancine mangan. Mbokmenawa sing duwe omah lagi masak-masak enak apa lagi slametan ulang tahun anake. Suguhan mau aja ditampik, mundhak gawe gelane sing duwe omah. Yen suguhan mau wis diracik ing piring, kudu dientekake aja nyisa. Menawa dijak mangan ing ruang makan anggone imbuh ngenteni dimanggakake lan njupuk sacukupe wae. Rampung dhahar sendhok lan garpu dikurebake ing piring lan dhaharan ing piring kudu gusis kajaba balung lan eri. Aja watuk sajrone dhahar lan aja glegeken sawise rampung. Menawa kudu watuk utawa glegeken diempet dhisik nganti ninggalake ruang makan.
AJA PADU
Yen ana wong maradhayoh sing perlune nagih utang, nagih janji, utawa marani barang sing disilih. Sok-sok sing duwe omah gawe anyel, upamane durung bisa nyaur utange, ora netepi janjine lan barang sing disilih rusak. Nanging senajan nesu dikaya ngapa becike diampah sabisane. Sebab kurang prayoga yen nesu lan muni-muni ing omahe liyan. Apa maneh yen keprungu tangga teparo nganti padha metu nonton. Sulayane janji bisa dirembug sing sareh amrih kekarone padha mareme. Senajan lagi nesu nanging yen mulih tetep pamitan sing apik.

by: javanese - manazati


Sumber:
'mbah Google'
http://serbajadul.blogspot.com

http://threesuntea.blogspot.com

2 komentar more...

Bani Jawi Keturunan Nabi Ibrahim

by Manazati on Nov.22, 2009, under , , ,


Di dalam Kitab 'al-Kamil fi al-Tarikh' tulisan Ibnu Athir, menyatakan bahwa Bani Jawi (yang di dalamnya termasuk Bangsa Sunda, Jawa, Melayu Sumatera, Bugis... dsb), adalah keturunan Nabi Ibrahim. Bani Jawi sebagai keturunan Nabi Ibrahim, semakin nyata, ketika baru-baru ini, dari penelitian seorang Profesor Universiti Kebangsaaan Malaysia (UKM), diperoleh data bahwa, di dalam darah DNA Melayu, terdapat 27% Variant Mediterranaen (merupakan DNA bangsa-bangsa EURO-Semitik). Variant Mediterranaen sendiri terdapat juga di dalam DNA keturunan Nabi Ibrahim yang lain, seperti pada bangsa Arab dan Bani Israil. Sekilas dari beberapa pernyataan di atas, sepertinya terdapat perbedaan yang sangat mendasar. Akan tetapi, setelah melalui penyelusuran yang lebih mendalam, diperoleh fakta, bahwa Brahma yang terdapat di dalam Metologi Jawa indentik dengan Nabi Ibrahim. Brahma adalah Nabi Ibrahim Mitos atau Legenda, terkadang merupakan peristiwa sejarah. Akan tetapi, peristiwa tersebut menjadi kabur, ketika kejadiannya di lebih-lebihkan dari kenyataan yang ada. Mitos Brahma sebagai leluhur bangsa-bangsa di Nusantara, boleh jadi merupakan peristiwa sejarah, yakni mengenai kedatangan Nabi Ibrahim untuk berdakwah, dimana kemudian beliau beristeri Siti Qanturah (Qatura/Keturah), yang kelak akan menjadi leluhur Bani Jawi (Melayu Deutro). Dan kita telah sama pahami bahwa, Nabi Ibrahim berasal dari bangsa 'Ibriyah, kata 'Ibriyah berasal dari 'ain, ba, ra atau 'abara yang berarti menyeberang. Nama Ibra-him (alif ba ra-ha ya mim), merupakan asal dari nama Brahma (ba ra-ha mim). Beberapa fakta yang menunjukkan bahwa Brahma yang terdapat di dalam Mitologi Jawa adalah Nabi Ibrahim, di antaranya :
  1. Nabi Ibrahim memiliki isteri bernama Sara, sementara BrahmaSaraswati.
    pasangannya bernama
  2. Nabi Ibrahim hampir mengorbankan anak sulungnya yang bernama Ismail, sementara Brahma terhadap anak sulungnya yang bernama Atharva
    (Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali)...
  3. Brahma adalah perlambang Monotheisme, yaitu keyakinan kepada Tuhan Yang Esa (Brahman), sementara Nabi Ibrahim adalah Rasul yang mengajarkan ke-ESA-an ALLAH.

    Ajaran
    Monotheisme di dalam Kitab Veda, antara lain :

    Yajurveda Ch. 32 V. 3 menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan, Dia tidak pernah dilahirkan, Dia yg berhak disembah

    Yajurveda Ch. 40 V. 8
    menyatakan bahwa Tuhan tidak berbentuk dan dia suci

    Atharvaveda Bk. 20 Hymn 58 V. 3 menyatakan bahwa sungguh Tuhan itu Maha Besar


    Yajurveda Ch. 32 V. 3 menyatakan bahwa tidak ada rupa bagi Tuhan

    Rigveda Bk. 1 Hymn 1 V. 1
    menyebutkan : kami tidak menyembah kecuali Tuhan yg satu

    Rigveda Bk. 6 Hymn 45 V. 6
    menyebutkan “sembahlah Dia saja, Tuhan yang sesungguhnya”

    Dalam Brahama Sutra disebutkan : “Hanya ada satu Tuhan, tidak ada yg kedua. Tuhan tidak berbilang sama sekali”.


    Sumber :
    http://rkhblog.wordpress.com/2007/09/10/hindu-dan-islam-ternyata-sama/

    Ajaran
    Monotheisme di dalam Veda, pada mulanya berasal dari Brahma (Nabi Ibrahim). Jadi makna awal dari Brahma bukanlah Pencipta, melainkan pembawa ajaran dari yang Maha Pencipta.

  4. Nabi Ibrahim mendirikan Baitullah (Ka'bah) di Bakkah (Makkah), sementara Brahma membangun rumah Tuhan, agar Tuhan di ingat di sana
    (Muhammad in Parsi, Hindoo and Buddhist, tulisan A.H. Vidyarthi dan U. Ali).
    Bahkan secara rinci, kitab Veda menceritakan tentang bangunan tersebut :

    Tempat kediaman malaikat ini, mempunyai delapan putaran dan sembilan pintu...
    (Atharva Veda 10:2:31)


    Kitab Veda
    memberi gambaran sebenarnya tentang Ka'bah yang didirikan Nabi Ibrahim.

    Makna
    delapan putaran adalah delapan garis alami yang mengitari wilayah Bakkah, diantara perbukitan, yaitu Jabl Khalij, Jabl Kaikan, Jabl Hindi, Jabl Lala, Jabl Kada, Jabl Hadida, Jabl Abi Qabes dan Jabl Umar.

    Sementara
    sembilan pintu terdiri dari : Bab Ibrahim, Bab al Vida, Bab al Safa, Bab Ali, Bab Abbas, Bab al Nabi, Bab al Salam, Bab al Ziarat dan Bab al Haram.
Monotheisme Ibrahim Peninggalan Nabi Ibrahim, sebagai Rasul pembawa ajaran Monotheisme, jejaknya masih dapat terlihat pada keyakinan suku Jawa, yang merupakan suku terbesar dari Bani Jawi. Suku Jawa sudah sejak dahulu, mereka menganut monotheisme, seperti keyakinan adanya Sang Hyang Widhi atau Sangkan Paraning Dumadi. Selain suku Jawa, pemahaman monotheisme juga terdapat di dalam masyarakat Sunda Kuno. Hal ini bisa kita jumpai pada Keyakinan Sunda Wiwitan. Mereka meyakini adanya 'Allah Yang Maha Kuasa', yang dilambangkan dengan ucapan bahasa 'Nu Ngersakeun' atau disebut juga 'Sang Hyang Keresa'.
Dengan demikian, adalah sangat wajar jika kemudian mayoritas Bani Jawi (khususnya masyarakat Jawa) menerima Islam sebagai keyakinannya. Karena pada hakekatnya, Islam adalah penyempurna dari ajaran Monotheisme (Tauhid) yang di bawa oleh leluhurnya Nabi Ibrahim.

by: javanese - manazati


Sumber:

- http://atlantis-lemuria-indonesia.blogspot.com
- http://kanzunqalam.blogspot.com/
10 komentar more...

Looking for something?

Use the form below to search the site:

Still not finding what you're looking for? Drop a comment on a post or contact us so we can take care of it!

Yuk, Bisnis PULSA... Daftar GRATIS disini:

Daftarkan BLOG anda disini:

Adsense Indonesia

Karna 'TAK KENAL MAKA TAK SAYANG' kiranya perlu saya mengenal anda. Silakan masukkan Email Anda

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

mBah Goggle Search