Javanese Alphabet (Aksara Jawa)
by Manazati on Nov.22, 2009, under Aksara Jawa, jawa
Ujar-ujar       kuno dalam bahasa Jawa ini mengandung arti bahwa budi pekerti  seseorang  atau      suatu bangsa (Jawa) akan terlihat melalui bahasa yang  dituturkannya. Bahwa kemudian bahasa jawa itu menjadi kurang populer  dikalangan  masyarakat      jawa itu sendiri bukanlah suatu alasan untuk  melupakan apalagi  membuang budaya      jawa nan adiluhung ini.(http://hanacaraka.fateback.com)
Aksara Jawa yang mungkin sudah kita lupakan??
Dipostingan ini saya ingin menyegarkan ingatan kita akan aksara Jawa yang dulu pernah diajarkan saat kita masih dibangu SD (Sekolah Dasar). Atau mungkin sama sekali belum pernah mempelajari?(...waduuuhhh;)
Angka Jawa:

'Munine Aksara Jawa Carakan'
Cara mengejanya klik disiniPasangan Konsonan :

*Font 'Honocoroko' bisa di download dengan klik disini
Babad Jawa AjiSaka (kisah dibalik terciptanya Aksara Jawa)
Pada jaman dahulu, di Pulau Majethi hidup seorang satria tampan bernama Ajisaka.Selain tampan, Ajisaka juga berilmu tinggi dan sakti mandraguna. Sang Satria mempunyai dua orang punggawa, Dora dan Sembada namanya. Kedua punggawa itu sangat setia kepada pemimpinnya, sama sekali tidak pernah mengabaikan perintahnya. Pada suatu hari, Ajisaka berkeinginan pergi berkelanan meninggalkan Pulau Majethi. Kepergiannya ditemani oleh punggawanya yang bernama Dora, sementara Sembada tetap tinggal di Pulau Pulo Majethi, diperintahkan menjaga pusaka andalannya. Ajisaka berpesan bahwa Sembada tidak boleh menyerahkan pusaka tersebut kepada siapapun kecuali kepada Ajisaka sendiri. Sembada menyanggupi akan melaksanakan perintahnya.
Ganti cerita, pada masa itu di tanah Jawa terdapat negara yang terkenal makmur, tertib, aman dan damai, yang bernama Medhangkamulan.Rajanya bernama Prabu Dewatacengkar, seorang raja yang luhur budinya serta bijaksana. Pada suatu hari, juru masak kerajaan mengalami kecelakaan, jarinya terbabat pisau hingga terlepas. Ki Juru Masak tidak menyadari bahwa potongan jarinya tercebur ke dalam hidangan yang akan disuguhkan kepada Sang Prabu. Ketika tanpa sengaja memakan potongan jari tersebut, Sang Prabu serasa menyantap daging yang sangat enak, sehingga ia mengutus Sang Patih untuk menanyai Ki Juru Masak. Setelah mengetahui bahwa yang disantap tadi adalah daging manusia, sang Prabu lalu memerintahkan Sang Patih agar setiap hari menghaturkan seorang dari rakyatnya untuk santapannya. Sejak saat itu Prabu Dewatacengkar mempunyai kegemaran yang menyeramkan, yaitu menyantap daging manusia. Wataknya berbalik seratus delapanpuluh derajat, berubah menjadi bengis dan senang menganiaya. Negara Medhangkamulan beubah menjadi wilayah yang angker dan sepi karena rakyatnya satu persatu dimangsa oleh rajanya, sisanya lari menyelamatkan diri. Sang Patih pusing memikirkan keadaan, karena sudah tidak ada lagi rakyat yang bisa dihaturkan kepada rajanya.
Pada saat itulah Ajisaka bersama punggawanya, Dora, tiba di Medhangkamulan. klawan punggawane, Dora, tumeka ing Medhangkamulan. Heranlah Sang Satria melihat keadaan yang sunyi dan menyeramkan itu, maka ia lalu mencari tahu penyebabnya. Setelah mendapat keterangan mengenai apa yang sedang terjadi di Medhangkamulan, Ajisaka lalu menghadap Rekyana Patih, menyatakan kesanggupannya untuk menjadi santapan Prabu Dewatacengkar. Pada awalnya Sang Patih tidak mengizinkan karena merasa sayang bila Ajisaka yang tampan dan masih muda harus disantap Sang Prabu, namun Ajisaka sudah bulat tekadnya, sehingga akhirnya iapun dibawa menghadap Sang Prabu. Sang Prabu tak habis pikir, mengapa orang yang sedemikian tampan dan masih muda mau menyerahkan jiwa raganya untuk menjadi santapannya. Ajisaka mengatakan bahwa ia rela dijadikan santapan sang Prabu asalakan ia dihadiahi tanah seluas ikat kepala yang dikenakannya. Di samping itu, harus Sang rabu sendiri yang mengukur wilayah yang akan dihadiahkan tersebut. Sang Prabu menyanggupi permintaannya. Ajisaka kemudian mempersilakan Sang Prabu menarik ujung ikat kepalanya. Sungguh ajaib, ikat kepala itu seakan tak ada habisnya. Sang Prabu Dewatacengkar terpaksa semakin mundur dan semakin mundur, sehingga akhirnya tiba ditepi laut selatan. Ikat kepala tersebut kemudian dikibaskan oleh Ajisaka sehingga Sang Prabu terlempar jatuh ke laut. Seketika wujudnya berubah menjadi buaya putih. Ajisaka kemudian menjadi raja di Medhangkamulan.
Setelah                 dinobatkan menjadi raja Medhangkamulan, Ajisaka  mengutus  Dora pergi kembali ke  Pulo                 Majethi menggambil pusaka yang dijaga oleh Sembada.  Setibanya di  Pulo                 Majethi, Dora menemui Sembada dan menjelaskan bahwa ia  diperintahkan                 untuk mengambil pusaka  Ajisaka. Sembada tidak mau  memberikan pusaka                 tersebut karena ia berpegang pada perintah  Ajisaka  ketika meninggalkan  Majethi.                 Sembada yang juga melaksanakan perintah  Sang Prabu  memaksa                 meminta agar pusaka tersebut diberikan kepadanya.  Akhirnya kedua                 punggawa itu                 bertempur. Karena keduanya sama-sama sakti, peperangan  berlangsung                 seru, saling menyerang dan diserang, sampai keduanya  sama-sama                 tewas.
Kabar           mengenai tewasnya Dora dan Sembada terdengar oleh Sang Prabu  Ajisaka. Ia sangat           menyesal mengingat                 kesetiaan kedua punggawa kesayangannya itu. Kesedihannya  mendorongnya                 untuk menciptakan aksara untuk mengabadikan kedua orang  yang dikasihinya           itu, huruf-hurufnya adalah 'HaNaCaRaKa' diatas.
Smoga bermanfaat & mari kita uri-uri 'Aksara Jawa' warisan leluhur ini.
by: javanese - manazati
Sumber:
'mbah Google'
http://hanacaraka.fateback.com
http://www.omniglot.com
Labels
..tanya mbah 'Google' disini
Kawulo
- Manazati
 - Demak, Indonesia
 - Saya pria, lulusan Teknik Arsitektur PTS di Semarang tahun 2005. Saya bodoh didunia studi yang saya geluti, namun karena kebodohan saya itu..saya jadi berniat lebih serius mempelajari budaya, nilai-nilai arsitektur bangsa sendiri, sebagai wujud penghargaan kawruh atas leluhur.
 
_____Javanese_____
Untuk persahabatan, klik 'follow'
Primbon
'Mampir ngombe.....'
Blog Archive
- 
        ▼ 
      
2010
(21)
- 
        ▼ 
      
Mei
(10)
- Kamus Bahasa Jawa
 - Javanese Alphabet (Aksara Jawa)
 - JAVANESE, oohhh... Pudarnya Tata Krama-mu
 - Bani Jawi Keturunan Nabi Ibrahim
 - Jawa - Pulau Padi
 - Bani Jawa Penghuni 'The Promised Land'
 - Peradaban Jawa (Peradaban Atlantis) dikaitkan deng...
 - 'Omah' sebagai Syarat terpenuhinya Kesejahteraan d...
 - Seminar Nasional ’Mengungkap silsilah dan situs K...
 - Intervensi Desain??
 
 
 - 
        ▼ 
      
Mei
(10)
 

0 komentar
Posting Komentar